Dunia Boleh Digenggam, Akhirat Jangan Dilepas

7 tahun ago
270
Ustad Zulpikor hadir di tengah-tengah warga komplek Perum GCS Macanlindungan

PALEMBANG, HS –Jika kita diberi nikmat bersyukurlah, bila diuji bersabarlah. Sekiranya berbuat dosa? Maka bersegeralah beristigfar. Dunia silakan digenggam, namun akhirat jangan dilepas.

Ahad, 23 April 2017 usai shalat Isya berjemaah yang bertepatan dengan malam peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW yang ke-1438 Hijriah. Inilah momentum sepenggal malam Isra Mikraj yang kesekiankalinya diperingati oleh umat Islam.

Sebelum tausiah maulid Nabi Muhammad SAW dimulai, Maulana coba melantunkan irama bacaan ayat Alquran di tengah mushalla Baitulmakmur Jalan Macanlindungan, Kelurahan Bukit Baru, Kecamatan Ilir Barat 1, Palembang.

Tak lama kemudian, barulah jemaah dan pengurus mushalla sama-sama mendengarkan ceramah agama yang ‘disemprotkan’ oleh Ustad Zulpikor.

“Setiap manusia pastinya memiliki kealfaan, kesalahan-kesalahan, dan dosa. Begitupun dengan pemimpin atau kepala rumah tangga. Mereka pun wajib mempertanggungjawabkan segala perbuatannya,”  kata lelaki yang biasa disapa Zul.

Si ustad yang mengenakan kopiah dengan pakaian dilapisi jas hitam itu juga menyoroti banyak hal tentang makna dari sebuah perjalanan Nabi Muhammad SAW selama Isra Mikraj.

Bagi pengikut Nabi Muhammad SAW, selaiknya pula meniru budi pekerti, tingkah laku, dan komunikasi sesuai yang dicontohkan oleh Rasullulah Muhammad SAW.

“Andaikan kita diberi nikmat maka bersyukurlah. Lalu, jika kita diuji, tetaplah bersabar, namun jika kita berbuat dosa? Cepat-cepat beristigfarlah,” Zul penuh semangat.

Bersebab janji Allah SWT,  ungkap Zul, siapa yang pandai bersyukur maka nikmatnya akan dilipatgandakan, namun siapa yang kufur atas nikmat azab Allah sangat pedih.

“Ucapkan Alhamdulillah bila kita menerima nikmat dari Allah,” ujarnya.

Sambung Zul, dalam kehidupan bermasyarakat atau bertetangga seringkali umat Islam alfa bahwa komunikasi atau tata cara beretika harusnya berhati-hati.

Apa sebab? Karena lidah manusia sangatlah tajam dari apa yang dituturkannya.

“Lidah itu ibarat paku yang tertancap di dinding, kalau dicabut pasti akan ada bekasnya,” Zul menyebutkan.

Ia menjelaskan, bahwa rasa syukur ini tak mesti bermula dari hal-hal yang besar. Sebagai bukti, seorang suami yang bekerja tiap hari cari nafkah dan memberikan uang hasil jerih payahnya kepada istri.

“Makanya, seorang istri mestinya pandai-pandai memanfaatkan uang pemberian dari suami. Dan, mudah-mudahan di lingkungan mushalla ini para istri-istri pandai bersyukur, taat dan patuh ke suami,” dikemukakannya.

Kata Zul, semua yang dilakukan umat Islam adalah semata-mata mengharap rhido Allah SWT. Dalam hal ini, dunia boleh digengam tetapi akhirat jangan dilepas.

“Faktanya, masih banyak di antara kita sekarang ini yang berani membayar mahal berapapun biaya  diperlukan asalkan anak-anak kita bisa mengusai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, kita lupa bahwa sudah seberapa pedulikah kita dengan keberadaan rumah Allah?,” tutupnya. (RINALDI SYAHRIL)