Tanggapi Isu,Sekda Yakinkan Industri Sawit Sumsel Tidak Merusak

7 tahun ago
247

PALEMBANG,HS – Kementerian Luar Negeri RI menyelenggarakan kegiatan mengenai Penguatan diplomasi sawit indonesia dalam forum multilateral,pengembangan sawit yang ramah lingkungan di Graha Bina Praja Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel),Selasa (18/7).

Acara ini dihadiri langsung Sekda Provinsi Sumsel Joko Imam Sentosa, Duta Besar RI untuk Republik Kenya dan United Nations Environment Programme (UNEP) Sunu Sumarno, serta para SKPD Sumsel.

Industri kelapa sawit merupakan industri terbesar di indonesia. Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan perkebunan adalah peremajaan tanaman, baik karet, kelapa sawit maupun kopi. Hal ini karena untuk meremajakan tanaman perkebunan diperlukan biaya yang cukup besar dan kemampuan finansial petani yang kurang memadai.

Untuk tanaman kelapa sawit rakyat, khusunya plasma dalam lima tahun kedepan minimal perlu diremajakan seluas 56 ribu HA di Sumsel ini. Diharapkan peremajaan kelapa sawit rakyat tidak banyak mengalami hambatan, mengingat akan ada dana bantuan peramajaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), yang bersumber dari pungutan ekspor CPO.

Sejalan dengan tantangan peremajaan tanaman perkebunan khususnya karet, kelapa sawit dan kopi tuntutan peningkatan produksi, produktiftas dan mutu juga harus dihadapi saat ini. Dibandingkan dengan hasil penelitian ataupun dibandingkan dengan negara-negara pesaing. potensi peningkatan produksi, produktifitas dan mutu hasil perkebunan masih sangat memungkinkan. Diperlukan peningkatan SDM petani, intensifikasi kebun petani dan bantuan infrastruktur jalan produksi kebun petani.

Dalam kancah internasional, Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar didunia menghadapi berbagi tuduhan, antara lain telah merusak hutan/deforestasi, penyebab kabut asap, penghasil emisi gas rumah kaca dll. Kampanye negatif kelapa sawit juga didengungkan oleh NGO/LSM baik dalam maupun luar negeri.

“Menanggapi isu tersebut kami berkeyakinan bahwa kelapa sawit di Sumatera Selatan tidak ditanam dari penebangan hutan primer, namun ditanam di lahan yang telah terdegradas/rusak, gundu, alang-alang maupun semak belukar,” ujar Joko.