BIARLAH SENGSARA DI DARAT, ASAL KAYA DI LANGIT…

8 tahun ago
500
Cholil saat berada di perkebunan buah naga yang tak jauh dari kediamannya

RAUT muka Ir H Cholil Msi Ph R mulai mengendur setelah tegang seharian penuh. Dia pun lega lantaran Herpanto—kawan akrabnya mengabari Surat Keputusan staf ahli Wasista Bambang Utoyo untuk Cholil sudah terbit.

Serentetan diskusi mulai dari ketika dunia sudah pada titik yang sungguh jauh, kita masih bolak-balik mempersoalkan keadaan. Itu masih juga tak selesai. Banyak ihwal yang disampaikannya.

Menerima wartawan HALUAN SUMATERA, Rinaldi Syahril Djafar di rumahnya yang asri di Jalan Masjid Perumahan Kenten Gardena 2 Blok E Nomor 12 RT 04 RW 02, Sukamaju, Kenten, Palembang, pekan ke-4 Februari 2017 lalu, Cholil tampak lebih santai. Beberapa kali pula ia menyesap secangkir kopi sambil berkata ‘Biarlah kita sengsara di langit, asalkan kaya di langit’. Berikut petikannya;

Apa yang mendorong Anda hijrah dari akademi menjadi praktisi?

Alhamdulillah, dulunya aku jadi Dosen di Universitas Tridinanti selama 10 tahun. Terakhir ngajar  di sana tahun 1998. Pastinya aku bersyukur sekali, karena waktu itu pihak kampus Tridinanti mengirimkan aku untuk melanjutkan Strata 2 di Institut Pertanian Bogor Jurusan Agroklimak, yang kuliahnya fokus di bidang iklim dan cuaca. Seluruh biaya ditanggung oleh kampus. Nah, saat itu memang sulit cari lulusan S2 untuk jurusan tersebut, apalagi lulusan Strata 3. Ya, awalnya sih ini jurusan yang tidak aku mau. Aku lulus S2 dengan nilai cumlude di usia 27 tahun, sekitar akhir 1990-an.

Kaitan  Agroklimak terhadap persoalan lingkungan?

Pastinya ada. Memang kala itu, persoalan-persoalan lingkungan belum jadi isu mendunia seperti sekarang ini.

Bagaimana ceritanya nama Anda diusulkan jadi staf ahlinya WBU?

Pak Herpanto yang sama-sama pernah jadi dosen mengajak aku untuk ketemuan dengan Pak Wasista Bambang Utoyo. Ya, saya kira baik Pak WBU maupun Pak Herpanto tahulah gawe aku yang bersentuhan langsung dengan masyarakat banyak. Boleh jadi hari ini kita jadi staf ahli seseorang, tapi bukan berarti karena koneksi ataupun rekomendasi. Tidak lain tidak bukan Allah SWT yang bekerja untuk kita.

Berbagi ilmu antar sesama. Sikap itulah yang selalu disemaikan Cholil. Ia tak segan-segan membagi ilmunya dengan orang lain.

Kenapa Anda tertarik perkebunan sawit?

Sehabis jadi dosen, aku langsung bekerja di perkebunan sawit. Dengan jabatan Estate Manajer di PT Guthrie Pecconina Indonesia atau Minamas Plantation dan Sime Darby Behad yang berkedudukan di Pekanbaru, Riau. Di situ, aku termasuk karyawan yang disenangi oleh manajemen. Bahkan, aku sering mendapat pelatihan tentang risk manajemen hingga aku ditempatkan di kebun terbaik di Baganbatu Pulau Sumatera.

Itu adalah hasil terpuncak Anda?

Nah, ketika di Pekanbaru. Di situlah kesombangan pertama yang pernah aku perbuat. Kesombongan kedua yaitu aku ditawari kerja di perusahaan besar, (Cholil enggan menuliskan perusahaan). Tahun 1999, lagi-lagi aku memeroleh tawaran dari sebuah perusahaan Finlandia yang letaknya di kawasan Sampit, Kalimantan. Kuperkirakan 99 persen, aku pasti diterima di sana. Aku ingat nian Jormalan Sitalu ngajak aku gabung di perusahaan tersebut. Sampai-sampai aku tinggalkan istri yang hendak melahirkan. Tapi, Allah tak mengizinkan aku bekerja di sana

Jadi, artinya Anda gagal?

Wah….!.Luar biasa sombongnya aku waktu itu. Dengan kawan-kawan sesama dosen bahkan sudah aku kabarkan. Aku dapat di perusahaan besar dengan gaji selangit. Apa sesungguhnya di balik semua itu? Ternyata sederhana sekali. Jangan sesekali mendahului kehendak Maha Pencipta. Sejak itu, aku tak mau buru-buru cerita ke siapapun bila ada tawaran kerja. Ya, paling-paling aku cuma cerita dengan orang-orang terdekat saja, istri dan anak-anak saja.

Di usia di atas 40-an sulit hidup mapan, pendapat Anda?

Waktu kuliah di semester 6 aku dipercaya jadi asiten dosen di Universitas Sriwijaya. Dan, aku mulai off dari dosen di usia ke-33. Gaji jadi dosen jauh lebih rendah dibanding jadi asisten manajer di perkebunan sawit. Namun begitu, dalam hidup, aku selalu punya target. Misalnya, aku ingin jabatan asisten menjadi senior asisten dalam kurun 3 tahun, ternyata Allah berkehendak dalam jangka 8 bulan. Aku ingin manajer terwujud selama 3 tahun, alhamdulillah jangka 16 bulan dapat kugapai. Bagi aku pribadi, janganlah takut untuk punya impian, asalkan syarat dan ketentuanNya kita ikuti.

Walikota Palembang H Harnojoyo dan Cholil memegang bibit kayu yang siap tanam

Alasan Anda harus melibatkan tuhan di dunia pekerjaan?

Pada posisi tertentu, aku harus bekerja keras wajib diiringi ibadah dengan Yang Maha Kuasa. Ibaratnya lapor dulu ke Allah barulah kita berbuat sesuatu. Orang suka terbalik. Berbuat dahulu ee tiba-tiba baru lapor. Jadi, registrasi dulu ke malaikat. Ado catatannya dulu, berbuat, selanjutnya doa.

Apa hubungannya dengan rezeki?

Rezeki itu kan ada tiga macam jenisnya. Pertama, ada rezeki yang dipastikan. Contohnya, udara, air, dan tanah memang sengaja diperuntukkan bagi seluruh orang. Kedua rezeki yang dikerjakan, misalnya kalangan pribumi ataupun orang-orang etnis Cina yang bekerja dari pagi buta, mereka nikmati rezeki itu. Dan, ketiga adalah rezeki yang dijanjikan Allah. Tentulah jika kita mau meraihnya, rezeki ini pasti berlipat ganda. Apabila engkau kejar akhirat, maka rezeki di dunia akan mengikutimu. Itu sudah janji Allah.

Kapan Anda mulai belajar ilmu agama?

Dari kecil—semasa ayah dan ibu aku masih hidup. Dulunya, wongtuo aku ngajar ilmu agama di rumah bae. Sampai sekarang aku juga wariskan ilmu agama ke anak-anak.

Seperti apa kehidupan Anda di waktu kecil?

Aku dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga yang serba susah. Ayahku kerja jadi pegawai negeri sipil di Ajendam TNI di Sekolah Rakyat dengan pangkat 2A. Ibu hanya mengurus anak-anaknya di rumah.  Pernah ibu bilang, kami waktu kecil pernah makan kulit ubi kayu. Saking susahnya. Bidan pun pernah vonis, aku akan buta karena menderita penyakit cacar. Alhamdulillah, kedua orang tua tak pernah berputus asa. Ibuku juga bersumpah apabila aku sehat, beliau akan gundulkan kepalanya. Dan, itu terkabulkan.

Menurut Anda arti sesungguhnya dari kekayaan?

Dulunya semasa kecil, aku dan saudara-saudara kandung bahkan pernah bermukim di kandang kambing. Ini saja (rumah Cholil), peninggalan warisan dari mertua. Kan istri adalah anak tunggal. Untuk menaikkan derajat keluarga, aku dan istri juga berusaha beli rumah di tempat lain. Biarlah kita sengsara atau miskin di dunia, tapi kita kaya di langit. Artinya? Kekayaan yang sejatinya itu adalah kita aku bisa berbagi dengan sesama. Bukan saja harta, namun boleh jadi ilmu.

Sebagai staf ahli WBU, tugas Cholil adalah ikut mensosialisasikan empat pilar pembangunan ke masyarakat luas

Anda tercatat orang yang ngotot membidani jalur komunitas hijau?

Dunia kita memang sudah terdegradasi seiring dengan kemajuan pembangunan di tengah masyarakat. Ketika kaidah-kaidah atau rambu-rambu sudah banyak, masalah pengawasan menjadi penting. Alih fungsi dan pengawasan ini harusnya bisa mengapresiasi perusahaan-perusahaan besar dan menengah. Ada istilahnya Proper yang di dalam pengelolaan lingkungan hijau namanya Proper Emas. Di Sumsel baru ada PT Bukit Asam dan PT Medco. Jikalau sudah memeroleh Proper Emas, itu berarti manajemen sudah mematuhi aturan dengan baik. Masyarakat di sekitar perusahaan betul-betul diperhatikan. Sebetulnya, selain proper emas ada proper hijau, biru, merah, dan hitam.

Bagaimana pengawasan ke perusahaan sejauh ini?

Di dalam konteks pengelolaan lingkungan yang betul-betul diperhatikan adalah harus melibatkan lembaga yang independen sesuai keahlian mereka. Juga pemerintah hendaknya mendengar suara masyarakat sehingga tak terjadi namanya manfaat sesaat.

Kesibukkan sehari-hari Anda?

Ya, kebetulan aku dipercaya ketua di Yayasan Puspa Cahaya Mandiri. Sekarang aktif di Forum Komunitas Hijau Kota Palembang. Selain itu aktif di Program Pengembangan kota Hijau. Kalau di rumah, ya aku menyiapkan layanan CSR Consultant, UMKM Project, penyediaan bibit dan pupuk organik, budidaya lele modern, dan ternak ayam hias. Alhamdulillah, sudah ada buktinya di wilayah Kenten ini.

Prinsip hidup yang Anda pegang?

Aku ingin membuat banyak orang tersenyum. Itu bisa dengan cara menaburkan kebaikan-kebaikan pada siapapun.

Warisan untuk anak-anak dan cucu Anda nanti, apa?

Adalah ilmu agama, tentunya harus diiringi kebutuhan duniawi. Anda bisa bayangkan aku kuliah jalan kaki, tapi orang tua berpesan lakukan apa yang kau cita-citakan. Dan, jangan pernah lupa laporkan setiap impianmu pada Allah SWT. (*)