Petualangan Izza si Murid Multi Talenta


PALEMBANG, HS – Berasal dari keluarga terdidik, Izzati Rika Nofa menjadi seorang anak yang multi talenta berbagai bidang. Sejak di bangku Taman Kanak, pemikiran dan impian murid multi talenta itu ntuk mencintai cabang olahraga masih bergelora hingga sekarang. Dia pun sudah banyak menrorehkan prestasi baik di akademik maupun non akademik.
NAMANYA Izza Rika Nofa. Cukup indah namanya. Jalan si gadis yang akrab dipanggil Izza itu menuju puncak kemampuan sepertinya tak akan sepanjang namanya. Bayangkan saja, pada usia 5 tahun, di saat teman-temannya sibuk bermain-main, ia bahkan sudah banyak mengukir berbagai prestasi di sejumlah bidang, termasuk olahraga.
Izza kecil memang sudah akrab dengan tangkai cabang olahraga karena diperkenalkan oleh sang ayah. Mulai dari renang, bola tangan, karate, voli, golf, dan golf. Alhasil, sekarang di usianya 13 tahun, cabang olahraga panahan pun menjadi ekstrakurikuler favorit Izza. Ia pun mulai sering berlatih serius mempraktikan busur panahan.
Tak hanya mahir di busur panah, gadis yang beranjak remaja ini juga mengusai teknik seni tari, seni olah vokal, dan olahraga golf. Jalan cerita prestasi Izza bahkan berkisar tentang ‘atlet’ junior seusianya.
Berbagai “keemasan” pun datang menghampiri Izza. Dia pernah menyabet predikat Juara 2 Dokter Cilik, Duta Wisata di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Sumatera Barat, juara renang, pernah mengikuti kejuaraan karateka, mayoret tingkat sekolah, dan banyak lagi prestasi lainnya.
“Kalau belajar olahraga golf, Izza sedari masih TK. Kenapa saya kenalkan Izza ke dunia olahraga? Alasannya, orang yang berolahraga itu akan tumbuh kembang dengan sportivitas. Jelas olahragawan akan berani kalah dan berani menang. Jadi, buat saya misi olahraga yang ditekuni Izza ini Insyaallah akan menciptakan jiwa yang sportif,” ucap Saiman SH MH ayah kandung Izza kepada HALUAN SUMATERA, Senin, 19 September 2016 di kedimannya.
Bak pepatah orang Padang yang berbunyi “alam terkembang menjadi guru’. Pun begitu halnya dengan olahraga yang sedang digandungi Izza. Besar harapan Saiman di suatu saat nanti putrinya itu dapat menaklukan segala tantangan dan rintangan yang dialami di dunia olahraga lewat ilmu seni yang dimiliki.
“Kita juga ajarkan ke Iza bagaimana seni berolahraga, sehingga dengan seni kita akan bisa menaklukan alam bukan dengan semena-mena. Artinya, jadilah orang yang saling berimbang dan saling membutuhkan dengan yang lainnya,” cetusnya.

Nyatanya kini Izza cukup beruntung. Usaha dan daya yang diperuntukkan orang tua agaknya akan terus mengalir sampai kapan pun. Apalagi, orangtuanya tak mau mengarahkan bakat Izza setengah-setengah dalam mengusai cabang olahraga. Sebuah filosofi yang kini terus diingat oleh Saiman.
“Saya punya filosofi dalam hidup ini yaitu jika kita menanam tanaman dari bibit yang unggul di atas lahan yang subur, terus hasilnya bagus. Itu menurut saya biasa-biasa saja. Tetapi, kalau kita bertanam tanaman bukan dari bibit yang unggul di tempat yang tandus, karena kita gigih merawat dan memupuk tanaman itu dan hasilnya baik. Nah, ini baru luar biasa. Olahraga pun juga begitu,” disampaikan Saiman.
Keseharian Izza tidak hanya dihabiskan untuk berolahraga, namun berkat bimbingan sang Ibundanya Rery Nofita SH, Izza coba mengatur jam belajar dan latihan ekstrakurikuler berimbang.
“Biasanya sepulang sekolah Izza kita arahkan untuk les tambahan belajar setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Untuk jadual latihan panahan setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu,” timpal Rery Nofita.

Tentu saja kreatifitas, daya inovatif, dan dedikasi para pengajar memegang peran penting sukses atau gagalnya pendidikan di bidang olahraga. Itu sebabnya Izza berusaha maksimal berlatih sunguh-sungguh baik di sekolahnya ataupun di luar sekolah.
Memang bakat dan talenta Izza di cabang olahraga panahan makin kinclong setelah diasah di sekolahnya Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Palembang, tempat ia sekarang bersekolah. Satu tahun lebih Izza memperdalam ilmu panahan di sana.
Di mata Saiman maupun Rery, proses pendidikan di zaman sekarang ini mengalami perubahan-perubahan yang cukup mendasar. Perkembangan teknologi belakangan ini rupanya dapat memeranguhi tingkatan kecerdasan seseorang peserta didik.
“Bedanya, orang-orang dahulu terpatri dalam diri jika ke sekolah apapun pelajaran harus lengket di otak, apalgi mereka belajar dan menulis di atas batu. Sekarang? Beda lagi pembelajarannya,” tukas Saiman.
Telah bertahun-tahun Saiman dan Rery Nofita mendidik dan mengajarkan Izza agar bisa fight di bidang olahraga. Selain itu ada tahapan-tahapan jangkauan yang sudah diproyeksikan untuk Izza.
“Jangka pendek, bagaimanapun dengan berolahraga, saat ini Izza bisa sehat. Ia hari ini tidak mengenal yang namanya narkoba atau seusianya yang hanya sekedar hura-hura. Jangkah menengah, kami juga ingin ia berkompetisi, apakah dia sudah mampu di grade yang lebih tinggi? Pastinya Izza yang tahu. Ya, untuk jangka panjangnya, mana sih olahraga apa yang ia geluti yang lebih menguntungkan?,” Saiman berkisah.
Boleh jadi kini Izzati Rika memang seorang maestro yang multi talenta. Besar harapan Saiman kepada sosok anaknya yang sedikit pendiam ini agar tetap bernyali di dunia olahraga. Sesuai apa yang dipesankan oleh orangtua Saiman semasa masih hidup.
“Dalam rekam jejak saya di mulai dari sepakbola. Apa kata orangtua waktu kaki saya tergelincir. Saya enggak diurusin. “Kalau kamu bermain bola kaki, paling tinggi pangkatmu Sersan”. Pesan beliau itu sangat berdampak pada pola pikir saya hingga sekarang ini,” cerita Saiman.
Akan ada jarak dan waktu bagi Izza untuk talentanya ke level yang lebih tinggi. Masih lekat dalam ingatan Saiman ketika ia mendalami sebuah cabang olahraga yakni golf. Selama ia berkecimpung di golf, banyak hal yang diperolehnya.
“Biarlah Izza yang mencari cabang olahraga mana yang pas buatnya. Hak mutlak ada padanya. Jujur, saya pribadi kepingin Izza di golf saja. Kenapa? Saya meras olahraga golf itu yang paling eksis sampai kapan pun. Anda bisa tengok, mana ada atlet cabang lari yang usianya sudah 50, olahraga tinju, atau sepakbola. Golf itu kan olahraga yang levelnya juga high,” dituturkannya.
Izza adalah contoh atlet remaja yang multi talemta yang membanjir ranah olahraga di Sumatera Selatan dan Tanah Air. Hari-harinya ini begitu sibuk menambah pengetahuan dan teori untuk cabang olahraga panahan sambil berdebar-debar memimpikan terpilih di Pekan Olahraga untuk remaja 2017 di Malang. Siswi kelas 9 SMP Negeri 3 Palembang, itu tengah bersiap menjalani berbagai program latihan.
Toh, keberhasilan Izza pastinya tak lepas dari jasa kedua orangtuanya yang telah mengangkat performa Izza di bidang olahraga. Kelak ia pun berencana ingin menjadi seorang atlet panahan Indonesia.
“Insyaallah cita-cita saya Dokter kalau enggak Hakim sama seperti Papi. He..he…he..,” cetus Izza setengah bangga. (ERS)
Tags
Terkini
Berita TerbaruTrending
Berita Populer-
2
Berita
Nasional & Internasional