MEREKA INGIN HIDUP SERIBU TAHUN LAGI…

7 tahun ago
688

 

Anak-anak usia sekolah dasar berasal di lingkungan kecamatan Ilir Barat II ini begitu menikmati lomba mewarnai yang dikemas dalam Gebyar De’ Kape Ekspresi

PALEMBANG, HS – Seperti kata Chairil Anwar dalam puisinya, siapa yang tidak ingin hidup seribu tahun lagi. Bukan sekedar ingin panjang umur, kalau perlu, seni dan budaya juga bisa hidup selamanya di kota Palembang.

“Lagu oncak aku, Hidup Itu Cinta. Jangankan emas dan permata, gunung pun akan ku daki, asalkan….,” suara A Halim Mahmud berkumandang di halaman Kantor Camat Ilir Barat II Jalan Makrayu 32 Ilir, kota Palembang.

Aksi Halim Mahmud yang kini dipercaya sebagai Camat Ilir Barat II kota Palembang benar-benar menyedot perhatian pengunjung di kecamatan itu. Peserta lomba yang semula asyik mengobrol, mengalihkan pandangannya pada Halim. Dan, seketika dentuman musik  bertalu-talu, makin memacu adrenalinnya. Namun raut mukanya tetap saja cool.

Pun acara lomba yang digagas De’ Kape Ekspresi bersama event organizer yang dikemas dalam Gebyar De’ Kape Ekspresi” pada Selasa 21 Februari 2017 di halaman kantor Camat Ilir Barat 1, itu ramai disaksikan warga yang berdomosili di kawasan Kecamatan Gandus dan Ilir Barat II.

“Mohon maaf. Pak Wali dan Ibu wakil walikota Palembang (Fitrianti Agustinda) tak bisa hadir di acara kita ini.  Karena beliau masih di perjalanan luar kota. Namun, tentulah kita patut berbahagia karena saya yakin Gebyar De’ Kape Ekspresi ini adalah bukti kecintaan kita untuk seni dan budaya,” kata Halim saat membuka acara perlombaan Gebyar De’ Kape Ekspresi.

A Halim Mahmud, Camat Ilir Barat II berjanji siap membesarkan kesenian dan kebudayaan bersama DKP

Tak hanya sampai di situ, lelaki berkacamata ini tampak begitu serius ketika membicarakan tentang bagaimana berkesenian dan berbudaya. Apalagi nilai-nilai seni dan budaya yang ada di sudut-sudut kota Palembang perlahan-lahan memudar.

“Gebyar De’ Kape Ekspresi ini adalah kabar gembira buat kita semua. Di sinilah kita ingin menciptakan anak-anak yang bisa menjaga, memahami sekaligus mempertahankan seni budaya khususnya yang kental dengan tradisionil,” tutur Halim.

Dengan lantang Halim pun menyatakan sikap bahwa pihaknya bersiap membantu serta mendukung program kerja yang ditawarkan oleh Dewan Kesenian Palembang (DKP). Jika nantinya terbentuk semacam sanggar-sanggar seni budaya, Halim bahkan sudah menyiapkan tempat untuk menunjang kegiatan tersebut.

“Kami siap jadi penyambung lidah DKP lewat sanggar seni budaya itu,” janji Halim.

Optimisme Halim terhadap pelestarian seni budaya di Ilir Barat II bukanlah tanpa sebab. Ia berkeyakinan, seluruh kegiatan yang digaungkan oleh DKP akan lebih berkembang karena pemimpin kota ini sangat mencintai keberadaan proses berkesenian yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.

“Saya melihat Pak Wali dan Ibu wakil walikota Palembang punya perhatian yang besar demi kesinambungan seni dan budaya. Itu juga tampak di program Palembang Emas 2018 yang mengusung nilai-nilai spiritual dan mental untuk generasi muda kita,” disampaikan Halim.

Peserta lomba memasak saling bekerjasalam untuk menghasilkan kuliner terbaiknya

Gayung pun bersambut salam. Vebri Al Lintani, Ketua DKP menyebutkan, wadah DKP bukan hanya tempat berkecimpungannya para seniman-seniman Palembang, namun lebih dari itu DKP adalah mitra dari pemerintah mulai dari tingkatan Rt, Rw, kelurahan, hingga pemerintah kota yang dilegalitasi oleh walikota Palembang.

Lantas, seperti apa arah program kerja DKP dalam hal kemitraan dengan pemerintah kota Palembang? Kata Vebri, ada tiga tugas pokok yang ingin diwujudkan oleh DKP, antara lain DKP bertugas memikirkan tentang pembangunan berkesenian. Secara kuantitas, DKP juga berfungsi memperbanyak kegiatan-kegiatan yang bernuansa seni dan budaya.

“Adapun fungsi yang ketiga adalah kualitas. DKP bersiap melestarikan kesenian dan kebudayaan di kota ini,” singkat Vebri.

Faktanya, hampir 18 tahun DKP lahir dan berdiri di kota Palembang. Tentunya beragam persoalan yang menghadang di depan mata. Namun begitu, DKP harus bangkit dan bersegera menyelamatkan asset seni budaya trasdisi yang masih tersisa.

“Kesenian tradisi pun pelan-pelan meninggalkan kita. Generasi sekarang ini bahkan tak kenal lagi yang namanya kesenian syarofalanam yang kental syair Islam. Ada dulmuluk yang kini jarang kita dengar di telinga. Nah, di bawah tahun 1980-an, ada syair anak-anak yang dinamakan syair kubur,” Vebri menyampaikan.

Vebri Al Lintani, Ketua DKP

Kendati Vebri Al Lintani tiga periode bergabung di DKP, namun itu belumlah cukup baginya untuk menumbuhkembangkan sekaligus mengangkat martabat seni dan budaya yang berceceran di bumi Palembang.

“Seni itu dalam bahasa Palembang rumah seni atau sanggar seni. Jujur, saya tidak anti dengan orgen tunggal, tetapi musiknya itu ibarat mata pisau. Artinya apa? Pisau bisa membuat kita terluka dan bisa mencelakakan orang lain. Ya, banyak akses dari pertunjukan musik orgen tunggal itu sendiri. Kalaulah ada sanggar seni, kenapa kita harus pilih aliran seni yang lain..?,” kata Vebri balik bertanya.

Lewat sanggar-sanggar seni, Vebri berpendapat, dengan sendirinya akan membentuk kelompok-kelompok bakat seni  budaya yang inovatif serta kreatif. Di samping itu, sanggar seni pun akan mampu menciptakan jiwa kewirausahaan.

“Alhamdulillah, konsep itu sudah kami tawarkan ke Pak Harnojoyo (walikota Palembang). Insyaallah wakil walikota juga mendukung ide tersebut,” ujarnya.

Para orangtua peserta juga sibuk memersiapkan anak-anak mereka

Tentang lomba di Gebyar De’ Kape Ekspresi, sambung Vebri, ada sebelas kategori perlombaan yang diikuti warga yang tinggal di kecamatan. Pesertanya mulai dari anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai usia 60 tahun.

“Terimakasih banyak kami ucapkan untuk Pak Camat dan Ibu Sekcam Ilir Barat II dan perwakilan camat Gandus, lurah, ketua Rt, ketua Rw, dan warga di lingkungan kecamatan ini yang sudah menyambut kami dengan ramah. Dan, Insyaallah Gebyar De’ Kape Ekspresi berikutnya akan kita gelar di kecamatan Ilir Timur I dan Kemuning,” tutur Vebri bangga.

Persis pukul 08.50 WIB, acara lomba pun dimulai. Peserta lomba dipersilakan untuk mengambil tempat yang sudah disedikan panitia. Juga terlihat berbagai stand produk meramaikan suasana di sekitar arena perlombaan. (REI)